karyayang terbingkai dalam ukuran 80 x 100 cm. Dan ini mungkin satu-satunya. karya on the spot melukis Markeso ketika ia hidup. Dan siapapun diijinkan. melihatnya, untuk berinteraksi dengan bagian sejarah seni tradisi Surabaya. Saya. pun bangga punya kesempatan melihatnya tanpa batasan, meski memfoto dan. upload lukisan tidak diijinkan. Hasilnyaadalah: (1) Diskusi umum tentang pertunjukan musik oleh Al-Aulia Rentak Melayu, secarta umum mempertunjukkan musik-musik Melayu dengan disertai genre musik lain. (2). Skenografi pertunjukan adalah mengikuti pola-pola umum pertunjukan dalam musik tradisi Melayu, (3) Tata cahaya biasanya dilakukan di ruangan pertunjukan tertentu yang Ensiklopediaislam nusantara. merupakan susastra yang ditulis pada pencipta seni memandang seni Rampak Bedug. masa pemerintah-an Majapahit. Jika benar sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai. demikian, berarti bedug telah ada sejak masa (Muna Zakiah, 2014) Majapahit (XIV-XVI Masehi) (Mudzakkir, 2008). Fungsi Rampak bedug: WalaupunAl Qur'an menjadi sebuah mukjizat, bukti kebenaran dari Nabi Muhammad saw tapi fungsi utamanya adalah menjadi"petunjuk untuk seluruh unmat manusia".Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama atau yang biasa disebut syari'at yang dalam pengertian kebahasaan selain "norma/hokum/aturan" juga berarti "Jalan menuju sumber Hampirseluruh pementasan Teater Mandiri adalah karya pimpinannya sendiri, yaitu putu Widjaya. Darmawan dari Bali yang juga sarjana hokum dari Universitas Gadjah Mada, serta bekas anak buah Rendra ini termasuk penulis drama ulung. Drama-dramanya yang akhir-akhir ini banyak kali ditulis dan dipentaskan mendapat warna kuat dari "Menunggu Godot Teateryang merupakan salah satu karya pementasan, tentunya menjadi salah satu karya yang diminati masyarakat. Di lingkup mahasiswa, teat ATMsendiri merupakan persembahan dari kami mahasiswa/i baru FP UAJ angkatan 2017 kepada seluruh keluarga FP UAJ dan masyarakat dalam rangka menutup masa bimbingan yang telah diadakan selama 1 semester. ATM sendiri terdiri dari dua macam acara, yaitu: 1. Konferensi Sosial 📆 Minggu, 12 November 2017 [Terbuka untuk umum] 2. Contohkarya seni rupa murni antara lain adalah Patung pada candi Borobudur, Ukiran pada nisan makam Syeh Maulana Malik Ibrahim, Lukisan Pitamaha Bali, Lukisan Young Artis Bali, Lukisan karya Afandi, Karya seni patung Asmat, seni Patung Keruak Lombok Timur dll. 2. Pengertian seni rupa murni daerah setempat Seni Rupa Murni Daerah setempat adalah BiografiSingkat BJ Habibie Bacharudin Jusuf Habibie (BJ Habibie) adalah seorang fenomenal. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengenalnya sebagai seorang genius yang mengubah teknologi Indonesia, terutama teknologi kedirgantaraan. Anthony J. Lawrence (Kaleidoscope, Vol V, No. 9) menyebutnya sebagai orang yang telah ditakdirkan. dalamdiskusi; menemukan laporan hasil diskusi; menggunakan adalah, ialah, merupakan, yakni, dan yaitu; serta membaca puisi karya sendiri, merupakan sasaran dan tujuan pelajaran. 3 ini! Sepantasnyalah Anda benar-benar telah terampil untuk bidang-bidang itu. Selanjutnya, jangan segan-segan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan xcIJG. Jakarta - Usia boleh kepala empat tapi perjuangan Teater Mandiri tak pernah padam. Tahun ini, kelompok teater yang berdiri 1971 silam merayakan hari jadi yang ke-44 tahun, lebih tua dari usia Teater acara pun digelar, mulai dari pentas lakon 'KOK di Teater Kecil, TIM, pelombaan monolog hingga peluncuran buku di Galeri Indonesia Kaya yang terletak di pusat perbelanjaan mall terbesar di teater tersebut didirikan oleh Putu Wijaya bersama beberapa seniman yang kerap ada di Taman Ismail Marzuki. Di tahun 1974, mereka mementaskan lakon berjudul 'Aduh'. Saat itu baik di TIM maupun Gedung Kesenian Jakarta, Teater Mandiri konsisten menggelar pementasan. "Pertunjukan malam ini sebagai bagian dari kami yang terus berkarya dan mementaskan naskah," ungkap Putu, usai pertunjukan 'KOK', 'Mandiri' artinya sanggup berdiri sendiri. Filosofi ini yang menjadi pijakan Teater Mandiri untuk terus beraktivitas, berkarya, dan 'bertolak dari yang ada'.Baca Juga Pertunjukan 'KOK' Tandai 44 Tahun Teater MandiriAjakan ini membuat anggota kelompok Teater Mandiri belajar menerima, menghayati apa yang ada, dan mengoptimalkan pencapaiannya. Hampir seluruh naskah yang dipentaskan ditulis dan disutradarai Putu berdiri hingga sekarang, tercatat hanya dua kali Teater Mandiri mementaskan naskah lain, yakni The Coffin Is Too Big for The Hole karya Kuo Pao Kun Singapura untuk Festival Asia di Tokyo 2000, serta 'Kereta Kencana' karya WS. Rendra 2009 dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Putu pun terbilang sudah tak lagi muda, tapi semangatnya berkarya tetap ada. "Alhamdulillah, sehat dan masih terus menulis lewat Blackberry," katanya 'KOK' masih bisa ditonton nanti malam di Teater Kecil, TIM pada pukul WIB. Kemudian, lomba pembacaan puisi babak penyisihan di Galeri Indonesia Kaya GIK pada 11-12 Agustus. Serta tanggal 14 Agustus, final sekaligus pemberian hadiah pemenang lomba Pembacaan Puisi dan Penampilan Monolog dan peluncuran buku 'Teror Mental' di lokasi yang sama. tia/mmu Teater Mandiri didirikan di Jakarta pada 1971. Kata mandiri berasal dari bahasa Jawa, yang dipopulerkan oleh Professor Djojodigoena dalam kuliah sosiologi di Pagelaran, Yogyakarta, pada tahun 60-an. Artinya orang yang sanggup berdiri sendiri, namun juga bisa bekerjasama dengan orang lain. Kata itu nampak sangat dibutuhkan dalam pembangunan kepribadian/jatidiri bangsa,di era lepas dari penjajahan phisik namun masih digondel banyak hambatan secara mentalitas.. Mula-mula Teater Mandiri membuat pertunjukan untuk televisi Orang-Orang Mandiri, Apa Boleh Buat, Tidak, Kasak-Kusuk, Aduh. Aduh dan Kasak-Kusuk walaupun sudah direkam tetapi tidak disiarkan karena situasi politik saat itu. Selanjutnya dengan lakon ADUH, pada 1974 Teater Mandiri mulai main di TIM. Sejak itu Teater Mandiri setiap tahun muncul di TIM dan Gedung Kesenian Jakarta GKJ. Naskah yang pernah dipentaskan Anu, Lho, Entah, Nol, Blong, Hum-Pim-Pah, Awas, Dor, Edan, Aum, Gerr, Los, Tai, Aib, Yel, Bor, Ngeh, Wah, War, Luka, Dar-Der-Dor, Zoom, Jangan Menangis Indonesia, Zetan, Zero, Cipoa dll. Semua naskah itu ditulis dan disutradarai oleh Putu Wijaya. Hanya satu kali teater Mandiri mmentaskan naskah lain, yakni The Coffin Is Too Big for The Hole karya Kuo Pao Kun Singapura untuk Festival Asia di Tokyo pada tahun 2000. Alasan Putu hanya memainkan naskahnya sendiri, adalah karena dia tidak hanya ingin menyutradarai pertunjukan tetapi juga menghasilkan naskah – sesuatu yang memang sedang diupayakan dalam kehidupan teater modern di Indonesia. Naskah-naskah Teater Mandiri memang memiliki sesuatu yang khusus. Judulnya hanya satu kata. Karena dalam kata-kata seruan yang umumnya terdiri dari satu suku kata seperti wah, lho, dor dan sebagainya, tersimpan banyak rasa dan pengertian. Ambuitas kata-kata itu menimbulkan kelucuan, keanehann tetapi juga kedalaman bagi yang suka berpikir. Tokoh-tokohnya rata-rata tidak bernama, bahkan tidak jelas latar belakangnya, sehingga hanya mirip seperti ide sana. Ini untuk mengantisipasi kemajemukan di In donesia yang meliputi banyak hal. Perbedaan bahasa, idiologi, agama, standar sosial, pendidikan dan sebagainya. Dengan membuat karakter seperti tokoh dongeng, lakon jadi netral, bisa diadaptasikan ke mana saja. Memang resikonya, lakon jadi tidak eksklusif. Pertunjukannya Teater Mandiri cenderung menjadi seperti esei visual. Nyaris teater seni rupa. Jenis pertunjukan ini pernah sangat sukses waktu pertunjukan LHO di Teater Arena TIM. Tetapi dua pertunjukan visual yang tanpa naskah berikutnya ENTAH dan NOL tidaki diminati penonton, sehingga Teater Mandiri kembali kepada kata. Namun sejak 1991, karena menjadi utusan Indonesia di dalam KIAS , bermain di 4 kota Amerika yang tidak paham bahasa Indonesia dan Mandiri sendiri tak mampu memainkan lakon dalam bahasa Inggris, Teater Mandiri dengan pertunjukan Yel kembali pada elemen visual, sampai sekarang. Biasanya, karena memang struktur naskahnya, sekali masuk pentas, pemain Teater Mandiri hampir tidak keluar lagi. Ini terjadi sejarahnya untuk menghindarkan pemain yang kebanyakan bukan aktor kehilangan konsentrasi dan ngeloyor main-main kie tempat lain. Jadi pertunjukan Teater Mandiri memang seperti sebuah peperangan. Cepat, keras dan padat. Paling banter sekitar 90 menit. Sebagai kelompok, Teater Mandiri bukan sebuah organisasi tetapi adalah peguyuban. Tempat berlatih, bertemu dan mengembangkan diri. Bergabung dengan Teater Mandiri tak hanya untuk menjadi pemain teater, tetapi juga mengembangkan jati diri untuk memperoleh kemandirian. Egy Massadiah, salah seorang anggota Teater Mandiri kini sudah menjadi pengusaha muda yang sukses. Ia mengaku di dalam mengatur taktik dan strategi di dalam binis, ia mempraktekkan motto dan kiat kerja yang diopelajarinya waktu masih aktig di Teater mandiri. Teater Mandiri memiliki 2 acuan dalam bekerja. Pertama “Bertolak Dari Yang Ada”. Maknanya adalah untuk mengajak anggotanya belajar untuk menerima, menghayati apa yang ada dan kemudian memanfaatkannya, mengotimalkannya untuk mencapai yang dikehendaki. Dengan dasar ini tak ada yang tak dapat menghentikan proses. Semua kelemahan diberdayakan menjadi kekuatan. Proses menjadi sangat penting, lebih penting dari hasil. Para pendukung diajak belajar bekerja gotong-royong sebagai sebuah tim yang kompak. Sebagaimana juga kehidupan, produk tidak pernah selesai, selalu berkembang dan tumbuh. Kedua “Teror Mental”. Teror mental adalah kegoncangan pada jiwa yang membangkitkan seseorang berpikir kembali, sehingga waspada. Bagi Teater Mandiri, tontonan tidak semata-mata bertujuan untuk menghibur. Bahwa tontonan memiliki fungsi menghibur memang dimanfaatkan. Tetapi yang hendak dikejar adalah mengguncang batin, sehingga tercipta pengalaman spiritual. Diharapkan baik dalam diri penonton, maupun para pendukung akan bangkit kesadaran baru. Teater yang memiliki berbagai aspek, dikembangkan secara maksimal untuk membentuk jatidiri. Anggota Teater Mandiri dari berbagai kalangan. Mahasiswa/pelajar, pegawai negeri/karyawan, wiraswata, pengangguran, dosen/guru, bintang film/sinetron, tukang sapu, tukang parkir bahkan juga bekas narapidan, pemulung serta orang yang cacad tubuh.. Hanya sedikit aktor/pemain yang benar-benar pemain mau bergabung, sehingga Teater Mandiri pernah dijuluki people theater oleh seorang sutradara dari Taiwan. Di dalam Teater Mandiri keaktoran yang memerlukan “peran” kadangkala mengganggu, karena, naskah bisa dirombak dan dipreteli serta dialog dibagi-bagi seperti membagi tugas sesuai dengan desa-kala-patra. Desa-kala-patra tempat-waktu-suasana adalah konsep kerja dalam kerifan lokal di Bali memang mendasari proses bekerja di Mandiri. Denga cara kerja Bertolak Dari Yang Ada, tak ada yang bisa menghalangi apa yang ingin dikerjakan, asalkan mengadaptasi desa-kala-patra secara kreatif. Bahkan konsep pun bila perlu akan kami langgar dan tolak sendiri, kalau memang sudah tidak sesuai/terbukti tidak benar lagi dari sudut desa-kala-patra. Apakah itu berarti tidak punya pendirian? Entahlah, kami hanya ingin tumbuh, berkembang dan hidup yang wajar, tidak terkekang oleh dogma-dogma yang salah atau kedaluwarsa. Pada awalnya Teater Mandiri juga seperti teater-teater yang lain, menitikberatkan persembahan pada kata. Cerita dan tokoh-tokoh sangat penting. Konflik pun menjadi utama. Hanya saja bedanya, cerita di dalam Teater Mandiri yang khusus dibuat, adalah semacam karikatur atau dongeng. Penonton tidak diminta percaya pada apa yang terjadi di panggung empati. Bahkan penonton diyakinkan bahwa apa yang terjadi di panggung adalah kepura-puraan yang diulebih-lebihkan. Yang dipentingkan adalah suasana. Orang banyak atau massa menjadi tokoh berhadapan dengan individu. Sementara individu sendiri adalah juga bagian dari kelompok. Bagi Teater Mandiri yang penting bukan apa yang terjadi di panggung, tetapi apa yang kemudian terjadi di dalam sanubari penonton. Tontonan – itu istilah Teater Mandiri untuk menamakan penampilannya, adalah semacam anggur/tuak/berem. Akibat-akibat dari apa yang diminum itulah yang lebih penting. Teater mandiri percaya bahwa tontonan adalah sebuah spiritual yang memberikan pengalaman spiritual, baik pada penonton maupun pemain sendiri. Dialog-dialog Teater Mandiri, blak-blakan, keras, kasar, tetapi selalu lucu. Menghindar dari mencerca/mengejek orang lain, sehingga kritikan-kritikan sosialnya kadangkala tidak jelas. Lebih mengarah pada dan menjadikan dirinya sendiri sebagai bulan-bulanan, sebagai provokasi untuk mengajak semua orang untuk mawas diri. Mungkin itu sebabnya, Teater Mandiri sampai sekarang tidak pernah berhubungan dengan “yang berwajib” Pada tahun 1975 dalam pertunjukan LHO, tontonan diakhiri dengan mengundang penonton keluar. Lalu para pemain yang telanjang bulat di dalam gerobak sampah, dibuang ke kolam seperti limbah. Sementara di kolam beberapa orang kampung jongkok berak, membicarakan masalah-masalah politik. Untuk itu Gubernur Ali Sadikin marah. Putu pun dipanggik ke Komdak untuk ditanyai. Ketika ditanya oleh wartawan apa reaksi Putu, Putu hanya menjawab, bahwa seandainya dia Gubernur dia juga akan melakukan persis seperti yang dilakukan oleh Ali Sadikin. Belakangan memang ketahuan bahwa Ali Sadikin sengaja mendahului marah untuk melindungi TIM,. Sudah lama TIM mau dijamah dan diawasi aparat, karena itulah satu-satunya tempat bebas yang tidak kena sensor saat itu. Teater Mandiri sudah melakukan pertunjukan di Amerika Wesleyan, CalArt, New York, Seatle, Jepang Tokyo, Kyoto, Hong-Kong, Singapura, Taipeh, Hamburg, Cairo. Dan pada bulan Juni 2008 akan ke Praha dan Bratislava. Kolaborasi dan workshop selalu diupayakan di tempat kunjungan, sehingga teater menjadi peristiwa tukar pengalaman yang menumbuhkan pengertian. Jadi dalam pertunjukan juga terjadi proses pembelajaran buat para anggota Teater Mandiri sendiri. Putu Wijaya sendiri sudah pernah menyitradarai pertunjukan di Amerika dan main di LaMaMa New York. Pada tahun 2004 Putu menyutradarai di Beograd. Bulan Juni 2007 diminta LaMaMa untuk menjadi instruktur para sutradara dalam lokakarya di Umbria, Itali. Dari pengalaman perjalanan itu, jelas sekali teater modern Indonesia memiiliki peluang untuk hadir di percaturan teater dunia.. Apa yang dipraktekkan oleh Teater Mandiri — yang sangat memuliakan kearifan lokal Indonesia – adalah salah satu langkah kecil untuk membuat sejarah teater dunia memperhitungkan bukan hanya teater tradisi Indonesia tetapi juga teater modern Indonesia yang merupakan kelanjutan dari teater tradisinya. Sejak tahun 90-an, Teater mandiri memang lebih banyak main di mancanegara, meskipun tetap berusaha minimal sekali setahun di Tanah Air. Anggota Teater Mandiri yang masih aktip sekarang antara lain Yanto Kribo, Alung Seroja, Ucok Hutagaol, Arswendy Nasution, Fien Hermini, Aguy Sabarwati, Diyas Istana, Bambang Ismantoro, Sukardi Djufri, Agung Anom Wibisana, Kleng Edy Sanjaya, Umbu LP Tanggela, Chandra, Rino, Dr Soegianto, Corin Danuasmara, Cobina Gillitt, Dewi Pramunawati, Putu Wijaya. Para artis yang pernah main di Mandiri Warkop, Dewi Yull, Dewi Irawan, Rachael Mariam, Butet Kertaredjasa dan Rieke Dyah Pitaloka Memang anggota Mandiri itu-itu juga. Yanto Kribo, misalnya sudah ikut Mandiri sejak 1974. Dalam pertunjukan War di Taipeh, seorang Professor bertanya, mengapa Mandiri tidak melakukan kaderisasi dan mempergunakan pemain-pemain muda. Putu menjawab “Pertanyaan Anda seperti mau mengatakan bahwa umur adalah ukuran kekuatan. Orang-orang yang berumur ini jauh lebih kuat sekarang dibandingkan dengan ketika mereka pertama kali ikut saya. Kribo sekarang jauh lebih tangguh dari Kribo 30 tahun lalu! Di samping itu saya memang tidak memaksakan kaderisasi, karena itu tidak tak ada gunanya. Ini orang-orang datang sendiri pada saya dan pergi sendiri kalau mereka tidak butuh. Memang tidak banyak yang tertarik pada teater seperti Teater Mandiri. Kalau nanti benar-benar tidak ada lagi, ya apa boleh buat, saya akan main sendiri.” Sejak pementasan ZAT pada tahun 1982, Teater Mandiri selalu didampingi Harry Roesly dan DKSB untuk musik. Harry Roesly sangat cocok dengan Putu. Seringkali tidak diperlukan latihan, langusng saja main. Kadang-kadang Harry menganggap gambar-gambar di pentas sebagai partitur dan sebaliknya sering Putu menganggap musik Harry Roesly sebagai naskah. Duo ini berkelanjutan sampai pertunujukan WAR 2004, karena kemdian Harry Roesly mendahului. Sampai sekarang Teater Mandiri belum mendapatkan gantinya. Satu lagi pendukung setia Teater Mandiri adalah Rudjito. Penata artistik ini selalu berproses selama pertunjukan, sehingga “set” baru rampung sesudah pertunjukan berakhir. Pernah dalam pertunjukan DOR di Teater Arena, 2 hari sebelum pertunjukan, Rujito minta supaya set dibalik. Di dalam hati Putu marah sekali. Sebagai pemain utama yang memainkan peran Hakim, Putu jadi terpaksa membelakangi penonton terus-menerus. Tetapi karena merasa tertantang, Putu menyambut tantangan itu. Nyatanya memang lebih bagus. Tantangan bagi Teater Mandiri memang buka halangan, tetapi kesempatan. Kendala bukannya menghambat, tetapi justru memberikan inspirasi untuk meloncat lebih tinggi sehingga menghasilkan surprise. Karena itu dalam masa penih kekangan di masa lalu, teater Mandiri tidak pernah merasa kebebasannya dipasung. Di mana ada halangan atau penindasan di situ ada pelung untuk berkelit. Teater Mandiri percaya, di setiap kegagalan selalu bersembumnyi janji asal berani dan mau meraihnya. Pada 10 Juni Teater Mandiri akan berangkat ke Praha memainkan ZERO. Kemudian akan dilanjutkan dengan pertunjukan di Bratislava. Sebelum itu untuk uji coba, Teater Mandiri akan main di STSI Bandung pada 1 Juni dan GKJ pada 7 Juni.